Senin, 18 April 2011

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN Hubungan Morfologi dan Jenis Makanan terhadap Habitat Kadal (Mabouya multifasciata)

A.      PENDAHULUAN
A.1 Latar Belakang
          Setiap organisme mempunyai habitat sesuai dengan kebutuhannya. Apabila ada gangguan  yang menimpa pada habitat akan menyebabkan terjadinya perubahan pada komponen habitat, sehingga ada kemungkinan habitat menjadi tidak cocok bagi organisme yang menggunakannya (Indriyanto. 2006; 27) Dalam ekosistem alam dikenal adanya tingkat trofik suatu kelompok organisme. Tingkat trofik menunjukkan menunjukkan urutan organisme dalam rantai makanan pada suatu ekosistem (Indriyanto. 2006; 32).
          Kadal (Mabouya multifasciata) adalah salah satu hewan dari kelompok Reptilia.  Hewan reptilia ini terdapat hampir di seluruh daratan Indonesia, seperti di sekitar persawahan, pinggir kolam, perkebunan, di bawah pepohonan yang tumbang dan semak belukar (Hoeve, 1992 dalam Ridwan. 2001). Kadal ditemukan di berbagai tempat, sehingga pemilihan kadal sebagai hewan uji Praktikum tepat karena ukurannya yang relatif kecil dan tersebar secara kosmopolit.
          Suatu hasil analisis isi perut dapat memberikan banyak informasi terkait jenis pakan yang paling disukai (Bangsal dan Keith, 1962). Secara teoritis apabila makan yang tersedia di alam kurang dan tidak sebanding dengan kebutuhannya terdapat naluri kecenderungan untuk lebih selektif dalam mencari makanan (Johnson.1980). Hingga saat, studi mengenai kebiasaan makan melalui analisis isi perut pada kelompok Reptil berfokus pada kura-kura (Fields et al.2003).
Kadal diketahui merupakan hewan yang memakan beberapa jenis makanan. Tidak diketahui dengan jelas makanan utama kadal. Namun Kadal memangsa serangga, dalam hal ini  Kadal dinamakan musuh alami serangga. Kadal dapat dikategorikan sebagai predator serangga. Kadal merupakan komponen yang sangat penting pada dinamika populasi serangga. Sehingga Kadal memiliki pengaruh menurunkan secara nyata total jumlah serangga (Hadi. 2009. )
          Telah diketahui bahwa habitat dan  morfologi mempengaruhi cara makan organisme, terutama kadal. Kadal hidup diberbagai tempat, Sehingga dapat diasumsikan bahwa setiap kadal memiliki jenis makanan yang disesuaikan dengan ketersediaannya di lingkungannya. Sehingga untuk memahami hubungan habitat dan morfologi terhadap jenis makanan kadal perlu diketahui untuk menjelaskan bagaimana hubungan tersebut terjadi dengan menggunakan hewan coba Kadal. pendekatan analisis isi perut diteliti untuk dapat menerangkan kebiasaan makan dalam siklus ekologi terhadap populasi Kadal.
A.2 Rumusan Masalah
          Adapun Rumusan Masalah pada Praktikum kali ini adalah:
1.         Bagaimana hubungan Morfologi dan Jenis Makanan terhadap Habitat Kadal (Mabouya multifasciata)?
2.         Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi Jenis Makanan Kadal (Mabouya multifasciata)?
A.3 Tujuan
Adapun tujuan dari Praktikum kali ini adalah:
1.      Mengetahui hubungan Morfologi dan Jenis Makanan terhadap Habitat Kadal (Mabouya multifasciata).
2.      Mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Jenis Makanan Kadal (Mabouya multifasciata).

B. KAJIAN PUSTAKA
B.1 Biologi Kadal (Mabouya multifasciata)
Kadal (Mabouya multifasciata) hidup di daerah tanah basah atau lembab. Tubuh kadal terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala (caput) yang terdiri dari mata, lubang hidung dan telingga. Badan (truncus) yang terdiri dari telingga hingga kloaka dan yang terakhir yaitu bagian ekor (cauda) yang memiliki bentuk bulat meruncing ke ujung. Kadal mempunyai sepasang anggota depan (extrimitas anterior) dan sepasang anggota belakang (extrimitas posterior). Masing-masing terdiri atas lima jari dan kuku-kuku yang cocok untuk berlari, mencengkeram, dan naik ke pohon (Sukiya.2005).
Kadal dari genus Mabouya banyak macamnya, kadal ini tersebar di banyak lokasi di dunia, di Indonesia, spesies kadal yang umum ditemukan adalah Mabouya multifasciata. Di negara tropis seperti Brasilia banyak ditemukan genus Mabouya yang lain diantaranya : M. bistriata, M. cochabambae, M. croizati  M. dorsivittata,  M. falconensis, M. frenata,  M. guaporicola, M. mabouya (Miralles et al. 2009)
B.2 Sistem Pencernaan Kadal
Kadal memiiki lidah yang pipih terdapat di lantai mulut. Batas belakangnya memiliki lipatan transversal yang berlawanan arah dengan lipatan yang mirip di bagian palatum. Ketika ditekan bersamaan, lipatan ini menutup rongga mulut dari faring. Kadal memiliki lidah yang panjang dan elastis, hal ini disesuaikan dengan jenis makanannya ( Storer. Tanpa tahun; 536-537) Sebagian besar kadal memiliki gigi seragam atau homo dont. Gigi tersebut digunakan untuk mencerna makanan berupa rumput dan serangga. Kadal merupakan anggota Lacertilia yang mempunyai kemampuan autotomi dan regenerasi ekor (Rachman.2008)
B.3 Konsep Habitat dan Relung
            Setiap organisme mempunyai habitat sesuai dengan kebutuhannya. Apabila ada gangguan  yang menimpa pada habitat akan menyebabkan terjadinya perubahan pada komponen habitat, sehingga ada kemungkinan habitat menjadi tidak cocok bagi organisme yang menggunakannya (Indriyanto. 2006; 27)
Relung atau niche merupakan cara hidup dari mahluk hidup dalam habitatnya. Seperti burung ada yang memakan buah atau biji, ada pula yang memakan ulat dan semut, adapula yang memakan ikan dan kodok, atau kembang bangkai yang memakan bangkai. Niche ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat spesifik. Seperti ayam termasuk mempunyai niche umum karena dapat memakan cacing, padi, daging, ikan, rumput dan lainnya. Termasuk manusia yang memakan segalanya. Dalam hal ini manusia dan ayam  disebut polifag, yang berarti makan banyak jenis. Ada pula yang memakan beberapa jenis disebut oligofag. Bahkan ada pula yang hanya memakan satu jenis, yang disebut monofag (Djamal. 1992;60).
B.4 Struktur Trofik
Struktur trofik bermanfaat untuk mengetahui  karakteristik struktur komunitas dalam bentuk aliran energi. Trofik  berasal dari bahasa Yunani yang berarti makanan. Tumbuhan yang berhijau daun merupakan autrotrof, yang berarti organisme yang dapat membuat makanannya sendiri dan dalam struktur trofik berada pada tingkat trofik pertama (Suheriyanto. 2008; 92).
            Suheriyanto (2009) menambahkan bahwa organisme yang memerlukan komponen organik sebagai sumber energinya disebut heterotrof. Yang termasuk heterotrof adalah semua hewan, herbivora, karnivora, dan beberapa organisme parasit. Herbivora memakan tumbuhan yang berada pada tingkat trofik kedua, karnivora yang memakan herbivora berada pada tingkat trofik ketiga dan karnivora yang memakan karnivora yang lain berada pada tingkat trofik yang keempat.
B.5  Rantai Makanan
            Hubungan makan dan dimakan dari  suatu organisme akan membentuk rantai makanan. Ranati makanan adalah pemindahan energi dari sumbernya melalui serangkaian organisme yang memakan dan dimakan. Rantai makanan memberikan banyak informasi tentang bagaimana energi dan materi beredar melalui komunitas (Odum.1998; 155).
Sistem produksi dalam ekosistem erat hubungannya dengan daur materi dan aliran energi. Produksi merupakan istilah umum bagi ahli ekologi yang digunakan untuk proses pemasukkan dan penyimpanan energi di dalam ekosistem. Produksi primer meliputi pemasukan-pemasukan yang mencakup pemindahan energi cahaya menjadi energi kimia oleh produsen. Penggunaan energi pada binatang dan mikroba disebut produksi sekunder (Djamal. 1992.37).
B.6  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Makan Kadal
            Ditinjau dari segi kompetisi pakan, antara kadal jantan dan betina dewasa pada beberapa spesies kadal cenderung mempunyai relung yang berbeda (Kurniati 2000 dalam Sidik, 2006). perbedaan ini disebabkan karena dimorfisme seksual, sebagaimana telah dibuktikan oleh Kurniati dan Semiadi (1997 dalam Sidik, 2006) pada kadal spesies tertentu. dimorfisme seksual ukuran tubuh yang berpengaruh kepada kemampuan berburu pada kelompok Reptilia adalah panjang tubuh (kurniati dan Maryanti, 1996) selain panjang tubuh, alat lokomotor juga berpengaruh pada kemampuan berburu (Kurniati dan Semiadi, 1997 dalam Sidik, 2006).
Kadal jantan dan betina dalam mengonsumsi energi dari berbagai jenis pakan akan menyesuaikan dengan kebutuhan energi untuk aktivitasnya. Selain itu tingkat kandungan energi pakan dapat menentukan jumlah konsumsi pakan (Ridwan. 2001).
Perilaku kadal sangat aktif di siang hari. makanan utamanya adalah serangga dan juga beberapa jenis tumbuhan. pola kebiasaan dalam memilih makanan (mangsa) kadal ini sangat berkaitan erat antara proporsi dari materi yang terkandung dalam isi perut dengan komposisi yang menjadi sumber bahan makanannya di alam.

C. METODE PRAKTIKUM
C.1  Waktu dan Tempat
Praktikum Hubungan Morfologi dan Jenis Makanan Kadal di Beberapa Habitat kali ini dilaksanakan pada Hari Rabu tanggal 13 April 2011 pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Ekologi dan Sumber Daya Alam Hayati Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

C.2 Alat dan Bahan
C.2.1 Alat-alat
            Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:
  1. Papan preparat                                    3 buah
  2. Gunting bedah                                      3 buah
  3. Silet beda                                            3 buah
  4. Pinset                                                  3 buah
  5. Jarum preparat                                     secukupnya
  6. Kaca pembesar                                    3 buah
C.2.2 Bahan-bahan
            Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:
  1. Kadal (Mabouya multifasciata)           3 ekor
  2. Klorofom                                            1 botol kecil
  3. Kapas                                                  secukupnya

C.3 Langkah Kerja
            Adapun langkah kerja dalam Praktikum kali ini adalah:
  1. Ditangkap tiga Kadal di tiga habitat berbeda yakni sawah, lapangan dan di pinggir jalan satu hari sebelum dibedah
  2. Ditandai masing-masing Kadal sesuai tempat ditemukannya.
  3. Dibius Kadal sebelum dibedah diesok harinya
  4. Ditempatkan Kadal di papan preparat
  5. Diamati ciri morfologi berupa panjang bagian tubuh dan warna
  6. Dibedah Kadal dengan Gunting bedah dan Silet Bedah membujur sesuai tengah ventral
  7. Diamati kondisi sistem pencernaannya
  8. Diambil bagian Lambung dan Usus Kadal
  9. Diamati jenis makanan yang ada
  10. Dianalisis hasil pengamatan

D. HASIL DAN PEMBAHASAN
D.1 Hasil Pengamatan
            Berikut ini merupakan data Morfologi Kadal dan Jenis Makanan pada Beberapa Habitat.
No
Habitat
Ukuran
Morfologi
Jenis Makanan
Prosentase
1.
Pinggir jalan (sawah)
Kepala : 2,5
Kaki dpn: 2
Kaki blkg: 5
Ekor : 9,5
Warna
Dorsal : coklat kehijauan
Ventral anterior : putih
Ventral posterior: kuning
Rumput
Serangga
50%
50%
2.
Jalan
Kepala : 1,4
Kaki : 2,5
Badan : 5
Ekor : 8,5
Keseluruhan : 14,5
Warna
Dorsal : coklat kehijauan
Ventral : putih kuning
Serangga
100%
3.
Splindit (kandang budidaya)
Kepala : 1,2
Kaki : 1,7
Badan : 5
Ekor : 9
Warna
Dorsal : coklat kehijauan
Ventral : putih
-
-
Keterangan ukuran dalam satuan cm.
Grafik perbandingan morfologi ketiga sampel kadal
disembunyikan.
Keterangan ukuran dalam satuan cm.
D.2 Pembahasan
       Pada praktikum kali ini dilakukan pemerikkasaan jenis makanan dan karakter morfologi dari sepeies Kadal (mabouya multifasciata) di beberapa habitat yang berbeda, adapun kadal yang kami dapatkan berasal dari habitat : tepi jalan (samping area persawahan) selanjutnya kami sebut kadal habitat I, di jalan (kadal habitat II) dan kadal yang kami beli di kandang budidaya kadal di Splindid (kadal habitat III).
       Jika dilihat dari grafik perbandingan morfologi kadal di atas. Maka Kadal habitat I merupakan kadal dengan ukuran yang paling besar. Dalam pembedahan sistem pencernaan kadal habitat I di temukan jenis makanan yang dimakan kadal. Yakni antara lain : tumbuhan dan serangga. Rumput tersebut memang tidak dapat diamati dengan baik, karena sudah hancur di dalam usus. Namun masih terlihat beberapa serat-serat khas rumput dan hasil pencernaan yang masih berada di usus berwarna hijau. Ciri khas dari proses pencernaan rumput. Selain rumput, juga menemukan serangga di dalam usus Kadal. Walaupun tidak utuh serangga tersebut, namun tampak sisa-sisa skelekton serangga yang tak tercerna oleh enzim pencernaan kadal.
       Kadal yang kami temukan di pinggir jalan di dekat area persawahan ini memiliki beberapa kombinasi jenis makanan. Sehingga dapat diketahui keadaan habitatnya. Setidaknya area persawahan didominasi oleh tumbuhan berupa rumput-rumputan dan tumbuhan herba lain. Keanekaragaman serangga juga masih kita jumpai di area sawah. Sehingga kadal yang kami temukan pada habitat ini tentu saja mendapatkan jenis makanan yang representatif dari kondisi habitat sawah.
       Menurut Ibrahim (2003) Mabouya multifasciata dikenal sebagai Many-lined Sun Skink merupakan jenis kadal yang paling sering ditemukan dan jumlahnya masih banyak. ditemukan pada lantai hutan dan sering ditemukan di beberapa tempat. jenis ini sering ditemukan di daerah terbuka dari sinar matahari dan habitatnya juga meluas sampai pemukiman manusia (Ibrahim et al. 2003)
Kadal (Mabouya multifasciata) mencari makan di atas tanah dan memanjat dahan-dahan tanaman untuk memangsa ulat. Hewan ini menggali lubang di tanah untuk membuat sarang di mana ia menemukan sarang rayap, hama yang membusukkan akar dan batang tanaman. Ia juga memangsa larva penyerang akar tanaman (Porat.  2008).
Pada Kadal Habitat II yang kami temukan di jalan, disekitar area pemukiman warga, setelah pengamatan isi perut didapatkan hasil sebagai berikut : Kadal terdiri hanya 1 jenis makanan yakni serangga, belum diketahui jenis serangga apa yang dimakan oleh Kadal Habitat II ini. Seperti halnya pada Kadal Habitat I, bekas skelekton dari serangga masih terlihat dengan jelas pada pengamatan organ lambung Kadal.
Dalam pengamatan Kadal habitat II ini, tidak ditemukan jenis makanan tumbuhan di dalam isi perut kadal. Berbeda dengan pada Pengamatan kadal habitat I. Belum diketahui dengan jelas terkait penjelasan hal ini. Namun menurut kami, Kadal yang ditemukan di Jalan daerah pemukiman warga tersebut hanya mendapatkan makanan berupa serangga saja, hal ini karena di daerah pemukiman jarang ditumbuhi oleh tumbuhan-tumbuhan kecil misanya rumput.
            Pada pengamatan isi perut Kadal yang ketiga, sumber Kadal kami dapatkan dari kandang pemeliharaan Kadal di pasar hewan Splindit. Adapun tujuan kami untuk mengambil sampel disana adalah untuk mengetahui jenis makanan kadal yang dibudidayakan.  Dari hasil analisis isi perut kadal, tidak ditemukan makanan apapun, hanya terdapat cairan putih bening di organ pencernaannya. Diduga cairan tersebut adalah air dan cairan lambung yang dikeluarkan kadal. Isi perut kadal habitat III ini tidak menunjukkan bahwa, kadal yang dipelihara tidak dapat mengakses makanannya sendiri, walaupun dari pihak pemeliharan memberikan makanan, namun rupanya kadal tidak sesuai dengan makanan kadal sesungguhnya. Akibatnya kadal malah berukuran kecil akrena kurang makan.
            Hasil analisa ontogonik antara jenis makanan yang dikonsumsi terhadap ukuran anggota tubuh menunjukkan tidak adanya hubungan yang erat diantara parameter yang diukur.  Walaupun demikian ada kecenderungan bahwa semakin besar ukuran tubuh kecenderungan pemangsaan jenis satwa yang lebih besar terlihat dari hasil praktikum kali ini menunjukkan bahwa Ukuran kadal yang paling besar ditemukan jenis makanan yang lebih banyak dan bervariasi sedangkan kadal yang kecil malah tidak ditemukan makanan dalam pengamatan isi perutnya.
            Jika dipahami, dalam tingkat trofik, maka Kadal merupakan organisme yang menduduki trofik tingkat I dan II sekaligus. Dikatakan tingkat I karena Kadal mengkonsumsi rumput dari lingkungannya, dan dikatakan tingkat II karena Kadal memakan serangga yang memakan tumbuhan.
Pada dasarnya kadal bukan merupakan jenis reptil yang tergantung pada satu jenis pakan saja. Ditunjukkan dalam praktikum kali ini bahwa kadal memakan berbagai jenis serangga bahkan berberapa jenis tumbuhan. namun dapat disimpullkan bahwa keseimbangan ketersediaan pakan dari berbagai jenis pakan serta ukuran morfologis sedikit berkorelasi dengan habitat kadal tersebut .     Ditinjau dari segi kompetisi pakan, antara kadal jantan dan betina dewasa pada beberapa spesies kadal cenderung mempunyai relung yang berbeda (Kurniati 2000). perbedaan ini disebabkan karena dimorfisme seksual, sebagaimana telah dibuktikan oleh Kurniati dan Semiadi (1997 dalam Sidik, 2006) pada kadal spesies tertentu. dimorfisme seksual ukuran tubuh yang berpengaruh kepada kemampuan berburu pada kelompok Reptilia adalah panjang tubuh (Kurniati dan Maryanti, 1996 dalam Sidik, 2006) selain panjang tubuh, alat lokomotor juga berpengaruh pada kemampuan berburu (Kurniati dan Semiadi, 1997 dalam Sidik, 2006). Sehingga untuk menganalisis isi perut suatu hewan juga perlu dipertimbangkan jenis kelamin dan ukuran tubuhnya juga.

E. PENUTUP
E.1  Kesimpulan
       Dari hasil praktikum kali ini diambil beberapa kesimpulan diantaranya adalah sebagai berikut :
1.    Hasil analisa ontogonik antara jenis makanan yang dikonsumsi terhadap ukuran anggota tubuh menunjukkan tidak adanya hubungan yang erat diantara parameter yang diukur.
2.    Ada kecenderungan bahwa semakin besar ukuran tubuh kecenderungan pemangsaan jenis satwa yang lebih besar terlihat dari hasil praktikum kali ini menunjukkan bahwa Ukuran kadal yang paling besar ditemukan jenis makanan yang lebih banyak dan bervariasi sedangkan kadal yang kecil malah tidak ditemukan makanan dalam pengamatan isi perutnya.
3.    Kadal bukan merupakan jenis reptil yang tergantung pada satu jenis pakan saja. Ditunjukkan dalam praktikum kali ini bahwa kadal memakan berbagai jenis serangga bahkan berberapa jenis tumbuhan.
E.2 Saran
1. Pada praktikum kali ini perlu diamati juga parameter umur, aktivitas, jenis kelamin dan ukuran Kadal, karena perbedaan parameter tersebut berpengaruh pada isi perut reptil.
2. Hasil yang didapat dalam praktikum kali ini tidak terdapat hubungan yang  nyata, dan tidak sesuai dengan teori yang berkembang. Perlu digunakan sampel Kadal dengan jumlah yang lebih banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Djamal. Zoer’aini. 1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi. Jakarta. Penerbit P.T Bumi Aksara
Hadi, Mochamad. 2009. Biologi Insekta Entomologi. Yogjakarta. Penerbit Graha Ilmu
Ibrahim et al. 2003. An Annotated Checklist of Herpetofauna Of Langkawi Island, Kedah, Malasyia. Malayan Nature journal
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta. Penerbit P.T Bumi Aksara
Kurniati, Helen. 2001. Perbedaan Relung Intraspesifik Kadal (Sphenomorphus variegatus : Ditinjau dari Variasi Morfometrik (Lacertilia : Scincidae). Biota Vol. VI (3) : 105-108 Oktober 2001 ISSN 0853-8670
Miralles, Aurelien et al. 2009. Three rare and enigmatic South American Skinks. Zootaxa 2012:48-68. ISSN 1175-5334 (online edition)            http:// www.mapress.com/zootaxa tanggal 14 April 2011 pukul 20.12 WIB
Odum, E.P. Dasar-dasar Ekologi edisi ketiga. Penerjemah: Tjahyono Samingan. Jogjakarta. Penerbit Universitas Gadjah Mada.
Porat. Emanuel.  2008. Menakar Manfaat Predator di  Kawasan Wanatani Kopi. Departemen Kehutanan. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Balai Konservasi Sumber Daya Alam
Rachman, A. and Hadi, S., 2008. Stuktur makro dan mikroanatomi otot ekor pada ekor asli dan regenerat ekor kadal (Mabouya multifasciata Kuhl). Berkala Ilmiah Biologi 6(2): 81 – 86
Ridwan, Roni. 2001.  Pemberian Berbagai Jenis Pakan untuk Mengevaluasi Palatabilitas, Konsumsi Protein dan Energi pada Kadal (Mabouya multifasciata) Dewasa. Biodiversitas ISSN: 1412-033X Volume 2, Nomor 1 Januari 2001 Halaman: 98-103
Sidik, J. 2006. Analisis Isi perut dan Ukuran Tubuh Ular Jali (Ptyas mocacus). Zoo Indonesia. Vol. 15(2): 121-127
Storer, Tracy. Tanpa tahun. Dasar-dasar Zoologi. Tangerang Selatan. Penerbit Binarupa Aksara
Suheriyanto, Dwi. 2008. Ekologi Serangga. Malang. Penerbit UIN Maliki Malang
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang. Penerbit Universitas Negeri Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar